Kamis, 12 Maret 2015

KEBIASAAN MEMBACA ORANG JEPANG DIAWALI DARI SEKOLAH � SELURUH PESERTA DIDIK WAJIB MEMBACA SELAMA 10 MENIT SEBELUM KBM

Sahabat Edukasi yang berbahagia�

Faktor utama kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kebiasaan positif dari masyarakat yang menjadi bagian dari bangsa itu sendiri.

Salah contohnya adalah negera Jepang dimana di sana perpustakaan menjadi jaminan pendidikan di Jepang untuk memajukan generasi muda. Makanya, perpustakaan dengan koleksi komplet menjadi andalan bagi sekolah-sekolah di Jepang untuk menggaet calon-calon siswa.

"Perpustakaan adalah salah satu ciri sekolah di Jepang," tutur School System Coordinator untuk Hikari Japanese School, Wiginy Kusliawan, di Jakarta pada Senin (2/3/2015).


Media massa di Tokyo, Jepang, Yoshiko Shimbun, dalam wartanya beberapa waktu silam menunjukkan bahwa kebiasaan membaca di Jepang berawal dari sekolah. Sebelum memulai pelajaran, guru mewajibkan siswa membaca selama sepuluh menit. Menariknya, kebiasaan ini berlangsung lebih dari 30 tahun.

Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibkan membaca buku apa pun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.

Bisa dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan, mulai dari kemajuan perekonomian hingga teknologi, berjalan sangat pesat. Pada dasarnya, kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai sejak dari bangku sekolah dasar.

Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para ahli pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut. Namun, pembiasaan yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan pada anak-anak sejak usia dini.

Awalnya, seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan kebiasaan baca di sekolah.

Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.


Tidak hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibuat untuk mendorong siswa agar aktif membaca, seperti mempresentasikan karya sastra klasik, membuat kelompok story telling berdasarkan buku yang telah dibacanya untuk kegiatan amal yang berlangsung pada akhir tahun pelajaran.

Saat ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya membuat siswa-siswa ini secara sadar dan mandiri membuka ruang-ruang diskusi ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya adalah membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal.

Referensi artikel :

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com